Asal Usul Imlek: Festival Musim Semi

Perayaan tahun baru Imlek adalah salah satu perayaan yang cukup tua dan masih diwariskan hingga saat ini. Sejarah mengatakan bahwa tahun baru imlek sudah berlangsung hingga sekitar 3.500 tahun. Sangat lama hingga menjadikan perayaan ini sebagai budaya dan tradisi yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat Tionghoa. Akan tetapi, sebenarnya tidak diketahui secara pasti bagaimana asal usul Imlek pada awalnya.

Perayaan tahun baru Imlek dilakukan pada hari pertama di bulan pertama pada kalender Imlek. Atau dalam istilah Mandarin, waktu ini juga sering disebut sebagai “Zhen Yue Chu Yi” atau hari pertama dalam satu tahun.

Masa ini merupakan titik balik matahari musim dingin terjadi. Sehingga, tahun baru Imlek juga dikenal sebagai “Chun Jie” dalam bahasa Mandarin, yang berarti Hari Raya Musim Semi atau Festival Musim Semi.

Perayaan tahun baru Imlek dilaksanakan sekitar tanggal 23 atau 24 dari bulan 12 di kalender Lunar. Kemudian pada hari kelima belas pada bulan pertama tahun baru, Festival perayaan ini diakhiri dengan adanya festival lampion.

Asal Usul Imlek

Tidak Menurut legenda, perayaan tahun baru Imlek ini pada awalnya merupakan suatu usaha untuk mengusir raksasa Nian jauh dari desa. Raksasa Nian digambarkan sebagai sosok yang suka menghancurkan hasil tani dan memangsa ternak juga memakan manusia.

Banyak yang tidak tahu bagaimana asal usul Imlek dimulai. Namun, ada satu legenda yang cukup masyhur dikenal dan dipercaya sebagai asal usul Imlek. Legenda ini berkaitan dengan sosok raksasa jahat bernama Nian. Uniknya, penulisan nama Nian dalam bahasa Mandarin juga bisa dibaca sebagai “tahun”.

Nian digambarkan sebagai raksasa dengan kepala singa dan badan kerbau. Beberapa dongeng menyebutkan bahwa Nian tinggal di hutan dan akan datang ke desa setiap malam pergantian tahun. Dalam legenda lainnya, disebutkan bahwa Nian datang dari dasar laut.

Warga yang takut akan kedatangan Nian ini akhirnya selalu menutup pintu setiap kali waktu kedatangan Nian tiba. Selain itu, mereka juga selalu menyiapkan sesajen berupa makanan di depan pintu rumah, agar Nian tidak mengganggu dan memakan mereka.

Ketakutan ini terus berlanjut hingga seorang kakek tua mengatakan bahwa Nian memiliki kelemahan. Yaitu takut pada warna merah dan suara – suara keras. Warga yang awalnya ragu, akhirnya tetap mencoba melakukan apa yang disarankan kakek itu. Mereka menggantungkan lampion dan kertas merah di pintu dan jendela rumah mereka. 

Selain itu, warga desa juga membakar bambu dan menakuti Nian dengan suara yang muncul dari bamboo yang terbakar tersebut. 

Sejak saat itu, Nian tidak pernah lagi datang ke desa dan mengganggu warga. Untuk mengingat hari itu, warga desa menamakan hari tersebut sebagai “Lepas dari Nian” yang kemudian juga diperingati sebagai hari perayaan tahun baru.

Asal Usul Kalender Imlek

Tahun baru Imlek memiliki waktu yang berbeda dengan waktu kalender yang umum digunakan. Dalam kalender Imlek, pergantian bulan dijadikan acuan dalam penetapan waktu sehingga kalender Imlek juga sering disebut sebagai kalender Lunar.

Selain kalender Imlek, Kalender Hijriyah juga menggunakan bulan sebagai acuan sistem penanggalan. Akan tetapi, ada perbedaan dalam penentuan waktu yang digunakan. Kalender Imlek bukan hanya mengacu kepada orbit bulan saja, tapi juga memperhatikan pergantian musim yang berjalan. 

Hal ini karena penggunaan kalender Imlek ini pada awalnya merupakan alat bantu untuk memudahkan pertanian. Masyarakat Tionghoa yang mayoritas bertani menggunakan kalender tersebut untuk mengetahui kapan waktu untuk mengelola tanah, waktu untuk menabur benih, dan waktu – waktu lainnya dalam kegiatan tani. 

Berdasarkan kebutuhan ini, tahun baru Imlek hampir selalu jatuh pada bulan baru kedua setelah puncak musim dingin. Diperkirakan, pada awalnya, tahun baru Imlek merupakan sebuah tanda untuk menentukan waktu awal persiapan dari musim tanam selanjutnya.

Selain itu, perayaan tahun baru Imlek juga dianggap sebagai waktu untuk berterima kasih kepada Dewa – Dewi karena sudah melewati musim dingin yang panjang. 

Selain itu, pada saat tahun baru Imlek, masyarakat juga melakukan persembahan kepada alam. Melalui ritual persembahan ini, orang – orang berharap di tahun yang akan datang hasil panen yang didapatkan juga akan baik dan melimpah.

Sejarah Festival Musim Semi di Negeri Tiongkok

Tahun baru Imlek yang dirayakan pada musim semi menjadikan perayaan tahun baru Imlek juga sering disebut sebagai Festival Musim Semi. Kemeriahan suasana festival dan atribut yang ramai di berbagai tempat menjadikan tradisi perayaan ini menjadi suatu hal yang menarik untuk dinikmati.

Jika Anda berkunjung ke Tiongkok pada saat tahun baru Imlek, Anda akan merasakan langsung bagaimana euforia dari perayaan tahun baru yang sudah berumur ribuan tahun ini. 

Namun, festival musim semi ini tidak selalu berjalan mulus sepanjang tahun. Pada tahun 1912, Republik Cina yang baru terbentuk sempat dipimpin oleh Partai Nasionalis. Partai ini membuat kebijakan dimana istilah tahun baru Imlek diganti seagai liburan tradisional tahun baru Cina untuk Festival Musim Semi.

Pergantian nama ini bukannya tanpa alasan. Penguasa saat itu berharap masyarakat Tionghoa dapat menerima keberadaan tahun baru barat sebagai bagian dari kehidupan mereka. Akan tetapi, banyak orang, khususnya dari kaum intelektual yang merasa bahwa modernisasi sama seperti mengikuti saja mentah – menatah.

Kemudian, pada saat Komunis Barat menguasai China di tahun 1948, perayaan tahun baru dianggap sebagai sesuatu yang feudal dan hanya diperuntukkan oleh kaum bangsawan saja. Kondisi ini menyebabkan China tidak merayakan tahun baru dalam kurun waktu yang cukup panjang.

Selanjutnya, pada tahun 1980, ekonomi China mulai mengalami liberalisasi. Perayaan tahun baru Imlek dan Festival Musim Semi dianggap sebuah bisnis yang menjanjikan keuntungan yang menggiurkan. Sejak saat itulah perayaan tahun baru Imlek dan Festival Musim Semi menjadi suatu tradisi yang terus dijaga dan dianggap penting oleh orang Tinghoa.

Imlek Modern dan Legenda Nian

Beberapa tahun yang lalu, Pemerintah China membuat pengumuman mengenai pengurangan waktu liburan nasional. Ada banyak liburan nasional yang waktunya kemudian dikurangi dan dipersingkat mengikuti kebijakan ini.

Akan tetapi, liburan tahun baru Imlek atau Festival Musim Semi dikatakan sebagai liburan yang masih dipertimbangkan pengurangan waktunya. Beberapa orang menduga hal ini disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya adalah karena masih ada beberapa orang yang merasa khawatir bahwa suatu hari sosok raksasa Nian dalam legenda akan kembali jika kemeriahan tahun baru Imlek atau Festival Musim Panas berkurang.

Meskipun dalam legendanya, raksasa Nian dikatakan sudah berhasil ditaklukan. Bahkan dikalahkan oleh seorang pendeta Tao bernama Hongjun Laozu. Tapi tampaknya, masih ada sebagian masyarakat Tionghoa yang percaya dan khawatir Nian yang menjadi asal usul Imlek akan kembali hidup.

Perkenalkan, saya adalah admin dari website ini, jadi jika Anda ingin bekerjasama dengan website ini silahkan hubungi email ini. asysyafuq@gmail.com

Artikel Terkait

Previous
Next Post »